Kamis, 27 Januari 2011

RENCANA PENELITIAN TINDAKAN KELAS


A.      JUDUL
PENERAPAN MODEL GROUP  INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN IPS EKONOMI BAGI SISWA KELAS X MAS DARUL ULUM  DESA KUALA DUA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA
B.       LATAR BELAKANG
Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya ialah bahwa kegiatan pembelajaran yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dalam pembelajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa atau subjek belajar, setelah menyelesaikan proses kegiatan pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terutama adalah dari faktor guru dan siswa. Dari faktor siswa, keberhasilan menguasai pelajaran yang terjamin dari kemampuan awalnya dari materi yang dipelajari, kemampuan dan motivasi belajar, aktivitas siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan sarana yang menunjang aktivitas belajar. Sedangkan dari faktor guru, kberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh guru dalam menguasai materi, kemampuan dalam mengelola kelas, kemampuan dalam menggunakan berbagai metode mengajar sesuai dengan kondisi yang di hadapi.
Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran menyarankan untuk mengubah paradigma belajar dari pembelajaran yang berpusat (fokus) pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapatmembelajarkan siswa, dapat memotivasi siswa untuk belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkontruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.
Adapun pengertian dari Group investigation itu sendiri adalah sebagaimana diutarakan oleh  David Narudin dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/ strategi-pembelajaran-kooperatif-metode-group-investigation/ di akses pada tanggal 20 Januari 2011 bahwa Group Investigation merupakan  salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif  yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.  Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Lebih lanjut Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah:
1.    Membutuhkan Kemampuan Kelompok
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2.    Rencana Kooperatif
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.


3.    Peran Guru
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang  telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang menggunakan metode Group Investigation dapat dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30):
Tahap I
Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.
Tahap II
Merencanakan tugas.

Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.
Tahap III
Membuat penyelidikan.

Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.
Tahap IV
Mempersiapkan tugas akhir.
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.
Tahap V
Mempresentasikan tugas akhir.
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.
Tahap VI
Evaluasi.
Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan disertai hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPS Ekonomi kelas X di Madrasah Aliyah Darul Ulum, dapat ditemukan bahwa siswa kurang berperan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, kebanyakan siswa mendapatkan hasil belajar yang rendah setiap ulangan, baik pada saat ulangan umum maupun ulangan harian. Oleh karena itu, peneliti dan guru bidang studi bersangkutan sepakat untuk menerapkan model pembelajaran Group investigation ini untuk meningkatkan keterampilan siswa untuk berpikir kritis serta berperan aktif dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan.
C.      MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang memjadi permasalahan umum dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan menerapkan metode Pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran ekonomi bagi siswa kelas X Madrasah Aliyah Darul Ulum  Desa Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya?”.
Adapun sub-sub masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Siswa sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru mata pelajaran Ekonomi di MAS Darul Ulum Kuala Dua
2.    Siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran
3.    Metode yang digunakan guru dalam mengajar kurang optimal
D.      CARA PEMECAHAN MASALAH
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Kolaborasi, peneliti bersama dengan guru mata pelajaran IPS Ekonomi melakukan kerjasama dalam menyiapkan, menyajikan dan melakukan evaluasi kepada siswa.
2.    Brainstorming, peneliti berasama guru mata pelajaran IPS Ekonomi melakukan musyawarah untuk menyususn skenario tindakan yang perlu disiapkan dalam proses pembelajaran di kelas.
3.    Peneliti bersama guru menyiapkanmateri untuk pelaksanaan Pembelajaran Group Investigation.
4.    Observasi, peneliti melakukan pengematan terhadap tindakan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS Ekonomi berdasarkan skenario yang telah disiapkan.
5.    Refleksi, peneliti dan guru melakukan diskusi untuk membahas atau menganalisis hasil pengamatan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang tingakat keberhasilan yang dicapai untuk dikembangkan pada proses pembelajaran selanjutnya.
E.       TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran ekonomi bagi siswa kelas X MAS Darul Ulum  Kuala Dua.
2.    Menungkatkan keaktifan siswa melalui metode pembelajaran Group Investigation dalam proses pembelajaran IPS Ekonomi di kelas X MAS Darul Ulum Kuala Dua.
3.    Meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran IPS Ekonomi melalui metode Group Investigation.
F.       MANFAAT HASIL PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain:
1.    Bagi guru
Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan strategi mengajar dengan melakukan metode pembelajaran secara tepat.
2.      Bagi MAS Darul Ulum Kuala Dua
Memberikan kesempatan kepada pihak sekolah dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.
3.      Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan memotovasi siswa untuk belajar lebih giat dan adanya perubahan peningkatan hasil belajar.
4.      Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan pengetahuan bagi peneliti untuk mempersiapkan diri menjadi pendidik yang berkompetensi.
G.      DEFINISI OPERSIONAL
Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, maka perlu dibuat penjelasan istilah atau definisi yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.    Pembelajaran Group Investigation
Group investigation adalah sebagaimana diutarakan oleh  David Narudin dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/strategi-pembelajaran-kooperatif- metode-group-investigation/ di akses pada tanggal 20 Januari 2011 bahwa Group Investigation merupakan  salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif  yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. 
Sedangkan menurut Anis Susilaningsih dalam Skripsinya yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation (Gi) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Procedural Fluency Siswa, Model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran yang didalamnya memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah dengan mengkombinasikan pengalaman dan kemampuan antar personal (kelompok) sehingga diperoleh suatu kesepakatan yang merupakan penyelesaian dari permasalahan tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas yang dimaksud dengan Pembelajaran Group Investigation dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepeda siswa untuk berpartisipasi aktif untuk memecahkan suatu masalah yang dipilih bersama teman kelompoknya yang terdiri dari 5-6 orang.
2.    Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan merupakan pengetahuan eksperiensial yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus secara terstruktur sehingga membentuk kebiasaan dan kebisaan baru seseorang. Atau dengan kata lain keterampilan adalah hal-hal atau langkah-langkah yang kita kuasai karena kita melatih atau melakukannya secara terus-menerus.
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Tentunya berpikir kritis tidak menjamin seseorang akan mencapai kesimpulan yang tepat. Pertama, ada kemungkinan seseorang tidak memiliki seluruh informasi yang relevan. Informasi yang penting mungkin belum ditemukan atau informasi tersebut mungkin tidak akan dapat ditemukan. Kedua, pemihakan (bias) dari seseorang dapat saja menghalangi pengumpulan dan penilaian informasi secara efektif.
3.    Pembelajaran IPS Ekonomi
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Disisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Sedangkan Ilmu Pengetahua Sosial adalah sebagaiman dijelaskan oleh Depdiknas (dalam desain Sri Mulyani 2006:8) “mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, dan tatanegara”. Istilah ekonomi itu sendiri sebagaimana dijelaskan Imam Chormain dan Prihatin (dalam desain Sri Mulyani 2006:8) alah “ilmu yang membahas upaya manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan alat pemenuhan kebutuhan berupa barang dan jasa”.
Jadi yang dimaksud dngan IPS Ekonomi adalah salah satu mata pelajaran yang membahas pengetahuan tentang peristiwa atau persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia memenuhi kebutahannya yang tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
4.      Hasil belajar
Hasil belajar merupakan tigkat penguasaan yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan rancangan pelaksanaan dan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hadari Nawawi (dalam desain Kurniadi 2008:12), hasil belajar merupakan “tingkat kepandaian murid dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh darihasil tes mengenai sejumlah materi tes tertentu”. Sedangkan menurut Sutrisna (dalam desain Hendri F. 2008:11) hasil belajar adalah “tingkat pencapaian setelah mengikuti proses belajar mengajar di sekolah dengan bentuk skor, yang diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah materi pelajaran tertentu”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam penguasaan materi setelah mengikuti pembelajaran dalam bentuk angka/nilai atau perubahan tingkah laku.
5.    MAS Darul Ulum Kuala Dua
MAS Darul Ulum merupakan tempat peneliti mengadakan penelitian yang dilaksanakan di kelas X dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang yang semuanya laki-laki.
H.      KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1.    Kerangka Teori
a.    Penelitian  Tindakan Kelas
1)   Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas disebut juga Classroom Action (CAR) yang artinya penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.
Menurut Hopkin (1993:1) Penelitian Tindakan Kelas adalah “tindakan yang diambil guru untuk meningkatkan dirinya atau teman sejawatnya untuk menguji asumsi-asumsi teori pendidikan di dalam praktek, atau mempunyai makna sebagai evaluasi dan implementasi keseluruhan prioritas sekolah”.
Sedangkan menurut Tim Pelatih Proyek PGSM (dalam desain Sri Mulyani, 2006:9) penelitian tindakan kelas adalah “suatu bentuk tindakan yang bersifat refleksif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pemnelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga sehinggahasil belajar siswa meningkat.

2)   Pelaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
http://118.98.216.59/subdom/modul/bahan/pend_ptk_2008/image/clip_image005.gifUntuk mewujudkan tujuan diatas, penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara proses pengkajian berdaur sebagaimana gambar di bawah ini :















3)   Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk:
(a)    Memecahkan permasalahan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas
(b)   Meningkatkan kemantapan rasionalitas guru dalam melaksanakan tugas
(c)    Memperbaiki praktek-praktek pengajaran
(d)   Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
(e)    Meningkatkan hasil belajar siswa
4)   Metodologi penelitian tindakan kelas
Secara umumlangkah-langkah penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
(a)      Mengidentifikasi masalah
(b)     Melakukan analisis masalah
(c)      Merumuskan masalah
(d)     Menentukan hipotesis tindakan
(e)      Melaksanakan tindakan
b.      Pembelajaran Group Investigation
1)   Pengertian Pembelajaran Group Investigation
Pada tahun 1916, John Dewey menulis sebuah buku Democracy and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata.
Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob et al, 1996) adalah: (1) siswa hendaknya aktif: learning by doing; (2) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain: prosedur demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.
Gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group investigation yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antarpribadi (Arends, 1998).
Group Investigationn merupakan  salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif  yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.  Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Dalam pembelajaran model ini, prinsip yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, dan sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan. Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah berkenaan dengan kemampuan meneliti hakikat dan fokus masalah. Pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk memperoleh informasi tersebut.
Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.
2)      Langkah-Langkah Pembelajaran Group Investigation
Slavin (1995) mengatakan pembelajaran model group investigation memiliki enam langkah:
(a)      Grouping: menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan
(b)     Planning: menetapkan hal yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa, dan apa tujuannya
(c)      Investigation: saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat inferensi),
(d)     Organizing: anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis
(e)      Presenting: salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
(f)      Evaluating: masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, dan melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.
Sedangkan menurut David Narudin langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan sebagai berikut:
(a)      Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
(b)     Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) diatas.
(c)      Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
(d)     Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
(e)      Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
(f)      Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
3)      Manfaat Pembelajaran Group Investigatian
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pembelajaran Group Investigation (PGI) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisiyang nyata pada kehidupan sehari-hari.
4)      Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan:
(a)    Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik.
(b)   Siswa dapat berlatih untuk bekerjasama dengan siswa lain
(c)    Sumber materi dapat doperoleh dari berbagai sumber.
Kelemahan:
(a)    Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidsks sksn tercapai
(b)   Membutuhkan bayaj waktu dandana
(c)    Tidaka semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
c.       Keterampilan Berpikir Kritis
1)        Pengertian keterampilan berpikir kritis
Menurut Beyer (Filsaime, 2008: 56) berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-penyataan, ide-ide, argumen, dan penelitian)’
Menurut Screven dan Paul serta Angelo (Filsaime, 2008: 56) memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi.
Rudinow dan Barry (Filsaime, 2008: 57) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis dan rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk menganalisis, menguji dan mengevaluasi.
Menurut Halpern (Rudd et al, 2003 : 128) mendefinisikan critical thingking as ‘...the use of cognitive skills or strategies that increase the probability of desirable outcome.’
Sedangkan menurut Ennis (1996). “Berpikir kritis adalah sebuah proses yang dalam mengungkapakan tujuan yang dilengkapi alasan yang tegas tentang suatu kepercayaan dan kegiatan yang telah dilakukan.”
Berdasarkan pengertian-pengertian keterampilan berpikir kritis di atas maka dapat dikatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang melibatkan proses kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan.
2)      Kelompok dan tingkatan berpikir kritis
Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis (abilities) Ennis (Costa, 1985 : 54) dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari lima kelompok besar yaitu:

(a)      Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).
(b)     Membangun keterampilandasar (basic support).
(c)      Menyimpulkan (interference).
(d)     Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).
(e)      Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).

Dari masing-masing kelompok keterampilan berpikir kritis di atas, diuraikan lagi menjadi sub-keterampilan berpikir kritis dan masing-masing indikatornya dituliskan dalam Tabel berikut:

Aspek Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis
Keterampilan Berpikir Kritis
Sub Keterampilan Berpikir Kritis
Aspek
1. Memberikan Penjelasan dasar
Memfokuskan pertanyaan
a.Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan
b.Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin
c.Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi
Menganalisis argumen
       
a.Mengidentifikasi kesimpulan
b.Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan
c.Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan
d.Mencari persamaan dan perbedaan
e.Mengidentifikasi dan menangani ketidakrelevanan
f.Mencari struktur dari sebuah pendapat/argumen
g.Meringkas
Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang
a.Mengapa?
b.Apa yang menjadi alasan utama?
c.Apa yang kamu maksud dengan?
d.Apa yang menjadi contoh?
e.Apa yang bukan contoh?
f.Bagaiamana mengaplikasikan kasus tersebut?
g.Apa yang menjadikan perbedaannya?
h.Apa faktanya?
i.Apakah ini yang kamu katakan?
j.Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu?
2. Membangun Keterampilandasar
Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak?
a.Keahlian
b.Mengurangi konflik interest
c.Kesepakatan antar sumber
d.Reputasi
e.Menggunakan prosedur yang ada
f.Mengetahui resiko
g.Keterampilan memberikan alasan
h.Kebiasaan berhati-hati
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
a.Mengurangi praduga/menyangka
b.mempersingkat waktu antara observasi dengan laporan
c.Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri
d.Mencatat hal-hal yang sangat diperlukan
e.penguatan
f.Kemungkinan dalam penguatan
g.Kondisi akses yang baik
h.Kompeten dalam menggunakan teknologi
i.Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria
3. Menyimpulkan
Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi
a.Kelas logika
b.Mengkondisikan logika
c.Menginterpretasikan pernyataan
Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
a.Menggeneralisasi
b.Berhipotesis
Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan
a.Latar belakang fakta
b.Konsekuensi
c.Mengaplikasikan konsep ( prinsip-prinsip, hukum dan asas)
d.Mempertimbangkan alternatif
e.Menyeimbangkan, menimbang dan memutuskan
4. Membuat penjelasan lebih lanjut
Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi
Ada 3 dimensi:
a.Bentuk : sinonim, klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh
b. Strategi definisi
c. Konten (isi)
Mengidentifikasi asumsi
a.Alasan yang tidak dinyatakan
b.Asumsi yang diperlukan: rekonstruksi argumen   
5. Strategi dan taktik
Memutuskan suatu tindakan
a.Mendefisikan masalah
b.Memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan
c.Merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi
d.Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan
e.Merivew
f.Memonitor implementasi
Berinteraksi dengan orang lain
a.Memberi label
b.Strategi logis
c.Srtrategi retorik
d.Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan
(Costa, 1985 : 54).

Bloom (Filsaime, 2008 :74) mendaftar enam tingkatan berpikir kritis dari tingkatan berpikir kritis yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Daftar tersebut mulai dengan pengetahuan dan bergerak ke atas menuju penguasaan, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pendagogi berpikir kritis selalu mengacu pada teori Bloom.
Menurut Bloom (Filsaime, 2008 :75) Seseorang harus menguasai satu tingkatan berpikir sebelum dia bisa menuju ke tingkatan atas berikutnya. Alasannya adalah kita tidak bisa meminta seseorang untuk mengevaluasi jika dia tidak mengetahui, tidak memahaminya, tidak bisa menginterpretasikannya, tidak bisa menerapkannya, dan tidak bisa menganalisanya.
“Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir konvergen, yaitu menuju ke satu titik” (Supraptojiel, 2008: 2). Dan berpikir kritis dapat dikatakan sama dengan ranah kognitif pada tingkat hapalan/pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4) sesuai dengan pernyataan berikut :
In covergent thingking the correct answere to a problem or question can be known in advance since it is fixed by the requirements of the subject matter or the problem or both. Knowledge (C1), comprehension (C2), application (C3), and Analysis (C4) can be regarded as convergent thinking (Bloom et. al, 1971 :244).

d.   Pembelajaran IPS Ekonomi
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Disisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Sedangkan Ilmu Pengetahua Sosial adalah sebagaiman dijelaskan oleh Depdiknas (dalam desain Sri Mulyani 2006:8) “mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, dan tatanegara”. Istilah ekonomi itu sendiri sebagaimana dijelaskan Imam Chormain dan Prihatin (dalam desain Sri Mulyani 2006:8) alah “ilmu yang membahas upaya manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan alat pemenuhan kebutuhan berupa barang dan jasa”.
Jadi yang dimaksud dngan IPS Ekonomi adalah salah satu mata pelajaran yang membahas pengetahuan tentang peristiwa atau persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia memenuhi kebutahannya yang tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
e.       Hasil Belajar
1)   Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tigkat penguasaan yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan rancangan pelaksanaan dan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hadari Nawawi (dalam desain Kurniadi 2008:12), hasil belajar merupakan “tingkat kepandaian murid dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh darihasil tes mengenai sejumlah materi tes tertentu”. Sedangkan menurut Sutrisna (dalam desain Hendri F. 2008:11) hasil belajar adalah “tingkat pencapaian setelah mengikuti proses belajar mengajar di sekolah dengan bentuk skor, yang diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah materi pelajaran tertentu”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam penguasaan materi setelah mengikuti pembelajaran dalam bentuk angka/nilai atau perubahan tingkah laku.
2)   Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
(a)      Faktor internal
-       Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.
-       Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
(b)     Faktor Eksternal
-       Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
-       Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
-       Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.
Dengan meperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.
2.         Hipotesis Tindakan
Adapun rumusan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut: “Dengan menggunakan metode Pembelajaran Group Investigation pada mata pelajaran IPS Ekonomi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas X MAS Darul Ulum Kuala Dua”.
I.        PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1.         Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAS Darul Ulum di Desa Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya di kelas X tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang yang semuanya laki-laki.

2.         Faktor-Faktor yang diselidiki
Ada beberapa faktor yang ingin diselidiki melalui penelitian ini, antara lain:
a.    Faktor siswa; dengan melihat aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X MAS Darul Ulum Kuala Dua dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model Pembelajaran Group Investigation pada mata pelajaran IPS Ekonomi.
b.    Faktor guru; yaitu dengan melihat kemampuan guru menerapkan model Pembelajaran Group Investigation di kelas X MAS Darul Ulum.

3.         Perencanaan Tindakan
Prosedur penelitian tindakan ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Adapun prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklus akan dijabarkan sebagai berikut:
a.    Perencanaan
1)        Refleksi awal
Peneliti dan guru mata pelajaran IPS Ekonomi melakukan diskusi untuk merencanakan strategi pembelajaran di kelas X dengan cara mengumpulkan catatan lapangan selama melakukan penelitian pada proses pembelajaran. Dari siklus ini akan di identifikasi masalah-masalah yang dirasakan oleh guru dalam memnyampaikan materi yang berkaitan dengan pembelajaran.
2)        Menyusun strategi pembelajaran
Guru mata pelajaran menyusun strategi yang berkaitan dengan waktu yang tersedia disesuaikan dengan materi pelajaran yang dipersiapkan.
b.    Pelaksanaan
1)        Pembelajaran Group Investigation
Guru membagi siswa kelas X menjadi beberapa kelompok. Pembentukan kelompok terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah yang dibagi menjadi enam kelompok. 5 kelompok beranggotakan 6 orang dan 1 kelompok beranggotakan 5 orang. Kemudian setiap kelompok memilih materi yang dipersiapkan guru untuk kemudian dibahas di dalam kelompoknya masing-masing kemudian dipresentasikan di depan kelas.
2)      Melakukan pengamatan kelas
Guru melaksanakan pembelajaran dengan menyampaikan materi ekonomi , sedangkan peneliti mengamati kegiatan guru dalam memberikan pengajaran dan siswa dalam menerima pengajaran..
c.    Melakukan refleksi
Dari hasil pengamatan yang di peroleh dilakukan refleksi. Peneliti dan guru melakukan diskusi tentang temuan maupun masalah-masalah yang dirasakan oleh guru dan peneliti dalam menyampaikan materi.
d.   Membuat rencana lanjutan
Berdasarkan refleksi diatas, guru dan peneliti berusaha untuk menyusun siklus tindakan selanjutnya dengan membuat pengempurnaan tindakan yang telah dilakukan.
4.      Data dan Cara Pengambilannya
a.         Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAS Darul Ulum Kuala Dua dengan jumlah siswa 35 orang dan guru yang mengajar mata pelajaran IPS Ekonomi.
b.         Jenis data yang diperoleh
1)   Data kuantitatif : untuk mengetahui kemampuan siswa dalam kegiatan belajar mengajar  setiap akhir siklus melalui tes.
2)   Data kualitatif : untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model Pembelajaran Group Investigation.
c.         Cara pengambilan data
1)   Data hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Ekonomi dengan memberikan tes kepada siswa yaitu berupa nilai ulangan baik harian maupun ulangan umum.
2)   Data keterampilan berpikir kritis siswa dilihat dari keaktifan dalam presentasi, diskusi kelas dan debat kelas.
3)    Data tentang siklus belajar mengajar pada saat dilaksanakannya tindakan, diambil dengan menggunakan lembar observasi.
5.      Indikator Kinerja Tindakan
Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan tindakan yang dilakukan, maka ditetapkan indikator kinerjanya sebagai berikut:
a.       Adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan yaitu urutan-urutan penyajian materi dengan waktu dan strategi yangtelah disiapkan
b.      Adanya perubahan yang terlihat dari sikap dan prilaku siswa terutama keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu siswa memperhatikan penjelasan guru, memberikan pendapat, menjawab pertanyaan serta bertanya yang dapat dikategorikan sebagai sebagaimana dalam tabel instrumen penilaian berikut:

NO
ASPEK YANG DIOBSERVASI
ADA
TIDAK ADA
KRITERIA
KETERANGAN
1.
Oral activities




a.     Bertanya




b.    Memberi saran




c.    Mengemukakan pendapat




d.   Interupsi




2.
Listening activities




a.    Mendengarkan percakapan




b.    Mendengarkan uraian




3.
Writing activities




a.    Menulis laporan




b.    Mencatat informasi




4.
Mental activities




a.    Menanggapi masalah




b.    Memecahkan masalah




c.    Mengambil keputusan




5.
Emotional activities




a.    Menaruh minat




b.    Gembira




c.    Berani




d.   Tenang





Adapun yang menjadi kriteria penilitian ini adalah sebagai berikut:
a.       85% -100%           = sangat baik
b.      70% - 84%            = baik
c.       55% - 69%            = cukup
d.      <55%                    = kurang
c.       Ketuntasan keberhasilan siswa dilihat dari hasil belajar
Untuk menganalisis ketuntasan belajar siswa menggunakan rumus ketuntasan belajar. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai yang diperoleh dalam satu mata pelajara >6,5.
Persentasi siswa tuntas belajar = jumlah siswa yang telah tuntas belajar X 100%
         Jumlah siswa yang mengikuti ulangan

Siklus 1
1)      Sekurang-kurangnya 65% siswa yang mengikuti pembelajaran group investigatuion
2)      Sekurang-kurangnya 65% siswa mendapatkan nilai 6,5
Siklus 2
1)      Sekurang-kurangnya 75% siswa yang mengikuti pembelajaran group investigation
2)      Sekurang-kurangnya 5% siswa yang mendapatkan nilai 7,0
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yitu untuk membantu guru dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas X MAS Darul Ulum Kuala Dua, apabila setelah dilaksanakan siklus I ini dan siklus II ini, belum tuntas maka dapat dilanjutkan dengan siklus berikutnya.















DAFTAR PUTAKA

Kiranawati.(2007). Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). http: //gurupkn.wordpress.com/ 2007/11/13/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/. (Diakses tgl 13 November 2007).
Kunandar.(2007). Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nana Sudjana.(2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tidak ada komentar: