Kamis, 23 Desember 2010

KONSEP DAN CIRI-CIRI BERBAGAI JENIS PENDEKATAN PEMBELAJARAN


A.      Konsep Pendekatan Pembelajaran
Kata pendekatan adalah salah satu pengertian harfiah (menurut kata) dari kata bahasa Inggris “Approach” yang artinya penghampiran, jalan, dan tindakan mendekati. Kata pembelajaran adalah terjemahan dari kata Instruction yang artinya pengajaran atau pembelajar. Secara teknis Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai jalan yang digunakan oleh guru atau pembelajar untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa belajar. Belajar dalam konteks ini harus diartikan mengalami peristiwa perubahan prilaku dan menghasilan prilaku baru sebagai hasil dari peristiwa itu.

Selain istilah pendekatan ada istilah lain yakni strategi, metode, dan teknik yang kadang-kadang di dalam kepustakaan pendidikan digunakan secara bertukar-bertukar (interachangeably). Sacara harfiah strategi (strategy) artinya akal atau siasat, metode (method) adalah cara, sedang teknik (technique) adalah cara khusus. Secara teknis Strategi Pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk mensuasanai siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Metode, di lain pihak diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dan atau siswa dalam mengolah informasi pada peristiwa belajar mengajar yang mungkin terjadi langkah tertentu atau beberapa langkah dalam suatu strategi. Sedangkan teknik diartikan sebagai cara khusus/sfesifik yang digunakan oleh guru/siswa dalam melakukan suatu kegiatan.

Antara keempatnya mempunyai keterkaitan yang  sangat erat sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Pendekatan lebih bersifat konseptual artinya terjadi dalam pikiran guru yang menjadi kerangka untuk melakukan tindakan pembelajaran, sedangkan strategi, metode, dan teknik lebih bersifat operasional. Suatu pendekatan dalam perwujudannya memerlukan penerapan suatu strategi yang di dukung oleh satu atau lebih dari satu metode dengan beberapa teknik.
Dengan kata lain, pendekatan berfungsi memberi kerangka berpikir sedang strategi, metode, dan teknik berfungsi mengisi dan mewujudkan kerangka itu dalam realita peristiwa pembelajaran.

B.       Ciri-Ciri Berbagai Jenis Pendekatan Pembelajaran
1.      Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem melihat pembelajaran sebagai suatu sistem yaitu peristiwa yang memiliki unsur-unsur, yang mempunyai fungsi tersendiri yang di dalam satu kesatuan seluruh unsur itu berfungsi bersama dengan suatu tujuan.  Menurut Tayler (1974), peletak dasar konsep pembelajaran (Instruction), ada empat unsur atau elemen pembelajaran yaitu :
a)      Perumusan tujuan
b)      Pemilihan pengalaman belajar
c)      Pengorganisasian pengalaman belajar
d)     Penilaian pencapaian tujuan
Dalam rancangan pembelajaran ada satu komponen “Strategi Instructional” yang di dalamnya tercermin urutan kegiatan atau prosedur yang di tempuh guru dalam membelajarkan siswa dan metode yakni cara yang dipakai guru dan siswa dalam mengalami peristiwa belajar.
Ciri pokok pembelajaran yang merupakan sistem antara lain terletak pada unsur balikan atau umpan balik yang mencerminkan kaitan semua unsur dalam mencapai suatu tujuan. Penerapan pendekatan sistem dalam pembelajaran kelihatan memandang proses pembelajaran sebagai proses rekayasa prilaku (behavior engeneering). Pandangan ini cenderung menitikberatkan pada prilaku yang dirumuskan terlebih dahulu yang dituangkan ke dalam tujuan. Tujuan inilah yang dijadikan titik berangkat (starting point) dan selanjutnya menjadi ukuran atau kriteria proses belajar siswa. Dari sisi ini kita dapat melihat bahwa pendekatan sistem cenderung menjabarkan terbentuknya prilaku di luar tujuan. Karena itu pendekatan ini terasa atomistik (bersifat detail) dan tidak holistik (bersifat menyeluruh).

2.      Pendekatan Kognitif
Sebagaimana dinyatakan oleh Bruner (1964), teori belajar bersifat deskriptif artinya memaparkan bagaimana individu belajar. Pendekatan kognitif pembelajaran merupakan teori pembelajaran bersifat preskriptif artinya memandu bagaimana mengajarkan sesuatu.
Pendekatan kognitif pembelajaran beranjak deri teori perkembangan kognitif Piaget (1970). Menurut Piaget, proses kognitif ditandai oleh tiga proses dasar yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian data baru ke dalam struktur kognitif. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif dengan situasi baru. Sedangkan equilibrasi adalah proses penyesuaian kembali yang terus-menerus antara asimilasi dan akomodasi.
Pendekatan pembelajaran yang bertolak dari teori kognitif mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu :
1.    Memberi sarana bagi proses pembangunan pengetahuan anak
2.    Memberi sarana berpikir operasional
3.    Memberi sarana berpikir operasi-formal
Untuk dapat membangun pengetahuan, anak disarankan untuk tidak menggunakan strategi pembelajaran langsung yang bersifat deduktif. Yang perlu dilakukan untuk membangun pengetahuan anak adalah menciptakan situasi kelas yang memungkinkan siswa yang memiliki tarap kognitif yang berbeda dapat belajar dengan caranya. Para siswa harus memperoleh kesempatan yang memadai untuk membangun dan mengkoordinasikan berbagai hubungan yang dapat dicobanya.
Berpikir operasional yang logis dimulai dari pembangunan struktur berpikir operasi konkrit. Struktur itu mencakup proses menggolongkan, membuat urutan, memahami panjang, jumlah dan ruang melalui pengenalan ciri-ciri positif dari situasi. Proses berpikir sesungguhnya merupakan hasil dari kegiatan penyelesaian konflik dalam diri individu. Oleh karena itu pembelajaran seyogyanya menggunakan aneka ragam kegiatan yang memungkinkan siswa dapat berlatih banyak mengembangkan proses berpikirnya.
Berpikir dengan menggunakan operasi formal ditandai oleh kemampuan menghubungakan berbagai kemungkinan satu sama lain. Untuk ini siswa dapat memulainya melalui percobaan, menyusun, dan menguji hipotesis.
Yang perlu di ingat adalah untuk membangun proses kognitif diperlukan proses pembelajaran yang memberikan perhatian lebih banyak pada pengembangan keterampilan belajar bagaimana belajar, pemberian kemudahan proses transfer, pengembangan keterampilan pemecahan masalah, dan pembangunan proses interaksi antar siswa.
3.      Pendekatan Sosial-Budaya
Pendekatan social budaya dalam pembelajaran bertolak dari teori Belajar Sosial dari Albert Bandura. Teori tersebut mencoba menjelaskan proses belajar di dalam setting atau situasi yang alami (naturalistic). Diakui bagaimanapun juga lingkungan sosial memberikan banyak kesempatan kepada individu untuk memperoleh keterampilan dan kemampuan melalui pengamatan terhadap prilaku contoh dan implikasinya terhadap prilaku individu. Teori sosial bertolak dari asumsi sebagai berikut :
a)      Hakikat belajar dalam setting alami
Konsep belajar menurut para Behaviorist yang menitikberatkan hubungan antara stimulus dan respon oleh Bandura di beri atribut baru dengan prinsip “Matching Behaviors” (prilaku penyesuaian). Bandura (1971) mengkonsepkan dua proses penyesuain yaitu :
o    Instantaneous Matching, yakni pebelajar secara pribadi menunjukkan prilakunya, kemudian dikuatkan dan langsung menghasilkan pengalaman belajar.
o    Delayed Matching, yakni pebelajar mengamati prilaku yang dikuatkan kemudian ia menunjukkan prilaku yang sama.
b)      Hubungan antara pebelajar dengan linkungan
Menurut Bandura fenomena “Delayed Matching” yang berbentuk peniruan dan berbagai prilaku “prososial” dan “antisocial” yang di peroleh individu tidak dapat dijelaskan dalam bentuk hubungan satu arah. Kebanyakan pengaruh lingkungan dijembatani oleh berbagai factor internal pribadi. Karena itu Bandura mengkonseptualisasi adanya tiga cara saling keterkaitan antara Behavior (prilaku), The Environment (Lingkungan), dan proses internal yang mempengaruhi persepsi dan tindakan.
c)      Batasan tentang apa yang dipelajari

Pendekatan pembelajaran atas dasar teori social memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1.    Proses kognitif pebelajar dan proses pengambilan keputusan di terima sebagai dua hal penting dalam belajar.
2.    Interaksi antar linkungan, faktor-faktor personal, dan prilaku merupakan tiga hal yang menentukan proses belajar.
3.    Hasil belajar mencakup prilaku visual dan verbal.
4.    Penerapan teori sosial berkenaan dengan segi afektif, motoris atau keterampilan mengatur sendiri (self-regulatory), di samping yang berkenaan dengan keterampilan kognitif.
5.    Komponen utama dalam pembelajaran adalah mengidentifikasikan model yang tepat di dalam kelas, membangun nilai funsional kelas, membangun nilai fungsional dan prilaku, dan menciptakan keterkaitan proses kognitif pebelajar.

4.      Pendekatan Humanistik
Pendekatan Humanistik bertolak dari psikologi humanistic yang melihat proses belajar sebagai “ proses membangun pengetahuan melalui pengalaman”. Hakekat Proses Belajar adalah integrasi dan dinamika proses “prehension” (penangkapan makna) dan dinamika proses “transformation” (pengubahan atau pengolahan hasil penangkapan).
Berdasarkan konsepsi tersebut maka dalam diri seseorang terdapat potensi gaya belajar yakni belajar dari pengalaman konkrit, belajar melalui konseptualisasi, abstrak, belajar melalui pengamatan yang mendalam/reflektif, dan belajar melalui eksperimen aktif.
Pendekatan pembelajaran yang bertolak dari konsep belajar eksperiensial yang bersifat humanistic  ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :
1.    Partisipasi yang ditandai kesepakatan, kebersamaan, tanggung jawab bersama, dan tidak otoriter.
2.    Integrasi yang ditandai adanya interaksi, interpenetrasi, integrasi berfikir, perasaan, dan tindakan.
3.    Relevansi yang ditandai oleh keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan dasar, kehidupan, dan memiliki arti bagi semua orang baik emosional maupun intelektual.
4.    Pribadi sebagai objek utama belajar.
5.    Tujuan yang terpusat pada upaya mengembangkan manusia secara utuh dalam masyarakat yang benar-benar manusiawi.
Pendekatan pembelajaran yang humanistik ini dikenal juga sebagai “Confluent Education” yang mengintegrasikan elemen-elemen kognitif dan afektif dalam belajar kelompok. Muara dari pendekatan humanistic dalam pembelajaran ini adalah berkembangnya potensi manusia secara optimal. Dengan kata lain pebelajar harus dapat mencapai sesuatu yang terbaik yang bisa dicapai.

5.      Pendekatan Kewarganegaraan
Pendekatan ini berorentasi pada tujuan membina warganya yang baik. Dalam pengertian umum warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui, memahami, dan menghayati hak dan kewajibannya sebagai warga Negara dan mau serta mampu melaksanakan hak dan kewajibannya dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab. Bagi Indonesia warga Negara yang baik adalah warga Negara yang “ Beriman dean bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawabatas pembangunan bangsa”.


Dalam praktek pembelajaran, pendekatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk strategi/metode pembelajaran yang ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.    Komitmen terhadap Negara dan bangsanya (Pro Patria).
2.    Kepekaan dan ketanggapan pada masalah-masalah Negara dan warganegaranya.
3.    Keterlibatan dalam kegiatan yang mengarah pada pengalaman pengambilan keputusan (Decision Making Proses).
4.    Proses berfikir kritis dan kreatif yang memusatkan perhatian pada prinsip autentisity (kesahihan) dan akurasi (kecermatan) dalam mengkaji suatu persoalan.
5.    Rasa tanggung jawab (responsibility) yaitu kesadaran dan kesediaan memikul resiko suatu tugas/kegiatan.
Metode belajar mengajar yang lazim dipakai dalam pendekatan kewarganegaraan ialah transmisi langsung, penyingkapan terpadu, inkuiri, pemecahan masalah, simulasi, dan proyek.
6.      Pendekatan Integratif
Pendekatan Integratif (Integrated Approach) dimaksudkan sebagai pendekatan yang memuatkan perhatian pada suatu masalah dengan menggunakan berbagai konsep dan metode dalam berbagai bidang ilmu. Pendekatan ini juga sering disebut pendekatan antar bidang ilmu (Interdisciplinary Approach, Interfiled Approach). Pendekatan ini memusatkan perhatian terhadap pengkajian masalah dan pemecahannya dari tiga sudut pandang yakni ilmu, teknologi, dan masyarakat.

Tidak ada komentar: